Bila berdebat tentang akademi sepak bola terbaik,
Barcelona yang memiliki La Masia dan Manchester United yang sempat melahirkan "Class
of 92" jelas jadi urutan teratas. Perolehan gelar yang diwarnai
oleh sumbangsih para lulusan akademi bisa jadi indikator. The Red Devils
menorehkan Treble Winners pada 1999, sedangkan La Blaugrana menggapai tiga trofi
"Big Ears" dalam satu windu terakhir.
Akan tetapi, klub-klub medioker bukan berarti
memiliki kualitas inferior dalam pengorbitan pemain-pemain akademi. Kasus
Cristiano Ronaldo bisa jadi contoh. Trofi Liga Champions diraih Ronaldo bersama
Manchester United. Label pemain termahal dunia pun mewarnai kepindahannya ke
Real Madrid. Tetap saja, masa muda "CR7" tak bisa lepas dari klub
Portugal yang minim prestasi pada kancah Eropa, yakni Sporting Lisbon.
Begitu pula Frank Lampard. Bila sang ayah, Frank
Richard George Lampard (kala itu asisten manajer West Ham) dan pamannya, Harry
Redknapp tidak berusaha meningkatkan kualitas akademi West Ham, karier Lampard
junior mungkin tak segemilang sekarang.
Sayang, menilik catatan prestasi, Sporting dan West
Ham tak kuasa menahan para pemain akademi saat klub besar mengajukan tawaran.
Kisah tersebut tak hanya menimpa kedua tim. Berikut beberapa klub medioker yang
berhasil melahirkan sejumlah pemain bintang melalui akademinya. (Anju/DuniaSoccer)
1. West Ham United
Akademi: The Academy of Football
Lulusan: Bobby Moore, Sir Trevor Brooking, Michael Carrick, Rio Ferdinand, Frank Lampard, John Terry, Joe Cole, Jermain Defoe, Glen Johnson
Akademi: The Academy of Football
Lulusan: Bobby Moore, Sir Trevor Brooking, Michael Carrick, Rio Ferdinand, Frank Lampard, John Terry, Joe Cole, Jermain Defoe, Glen Johnson
Coba tengok sejumlah pemain pada skuad Inggris
untuk Piala Dunia 2010 lalu. Sejumlah nama kesohor seperti Joe Cole, Frank
Lampard, John Terry, Michael Carrick dan Jermain Defoe bertengger di skuad
asuhan Fabio Capello tersebut.
Kelima nama tersebut memang datang dari berbagai
klub besar Premier League. Namun, Capello layak mengapresiasi kontribusi West
Ham United terhadap mereka. Dari Cole hingga Carrick memang mengawali karier
junior di West Ham United Academy.
Satu sosok sentral dalam pengorbitan pemain akademi
West Ham adalah Harry Redknapp. Saat tiba di Uptown Park pada Agustus 1994
lalu, mata Redknapp langsung tertuju pada para pemain muda. Rio Ferdinand, Joe
Cole dan Michael Carrick naik ke tim utama. Pun demikian dengan keponakan
Redknapp, Frank Lampard.
Pengakuan terhadap kinerja Redknapp pun terlontar
dari Direktur Pengembangan Usia Dini, Tony Carr. "Harry telah mendongkrak
kualitas sistem akademi kami. Dia meminta untuk lebih agresif dalam pemanduan
bakat, pelatihan dan perekrutan," tutur Carr seperti dilansir The
Guardian pada Mei 2010 lalu.
2. Sporting CP
Akademi: Academia de Alcochete atau Academia Sporting/Puma
Lulusan: Cristiano Ronaldo, Luis Figo, Nani, Simao, Ricardo Quaresma, Miguel Veloso
Akademi: Academia de Alcochete atau Academia Sporting/Puma
Lulusan: Cristiano Ronaldo, Luis Figo, Nani, Simao, Ricardo Quaresma, Miguel Veloso
Ketimbang Porto atau Benfica, sinar Sporting CP
jelas tergolong redup di Portugal. Perolehan gelar klub yang bermarkas di
Estádio José Alvalade ini masih kalah ketimbang dua rival. Begitu pula untuk
level Eropa. Saat Porto dan Benfica telah merasakan kenikmatan menggenggam
trofi Liga Champions, Sporting hanya sempat mencicipi Piala Winners pada 1964
silam.
Akan tetapi, kontribusi Sporting terhadap perkembangan
sepak bola Portugal tidak bisa di pandang sebelah mata. Bukan melalui
sumbangsih trofi kompetisi Eropa tentunya, melainkan lewat pembinaan usia muda
di Academia de Alcochete.
Sejak dibuka pada 2002 lalu, akademi yang berganti
nama menjadi Academia Sporting/Puma ini telah melejitkan sejumlah nama besar.
Sebut saja Cristiano Ronaldo, Luis Figo, Nani hingga Simao, Ricardo Quaresma.
Ya, bila Portugal dihuni beberapa winger kelas dunia dalam beberapa tahun
terakhir, ucapan terima kasih layak diberikan pada Sporting.
Sayang, Sporting tak bisa berlama-lama menggunakan
jasa para pemain tersebut. Kebijakan klub belum berorientasi pada prestasi. Tak
ayal, saat pinangan datang dari klub besar Eropa, pemain mudah tertarik dan
Sporting sulit menampik. Harga mereka pun tergolong murah. Pengecualian terjadi
pada nilai transfer Nani yang mencapai 25,5 juta euro pada 2007 lalu.
"Sporting bergantung pada pemain muda, inilah
sumber utama pemasukan mereka. Mereka dapat mengeluarkan kemampuan terbaik
pemain muda, lalu menjualnya ke klub lain. Hal yang mereka lakukan sama seperti
Ajax," ungkap Fernando Nelson, eks pemain belakang Portugal yang sempat
berseragam Aston Villa.
3. Southampton
Akademi: Saints Academy
Lulusan: Matt Le Tissier, Alan Shearer, Gareth Bale, Theo Walcott, Alex Oxlade-Chamberlain, Wayne Bridge
Akademi: Saints Academy
Lulusan: Matt Le Tissier, Alan Shearer, Gareth Bale, Theo Walcott, Alex Oxlade-Chamberlain, Wayne Bridge
Wabah winger berkecepatan tinggi masih
terus melanda sepak bola Inggris. Kini, Premier League dihuni pemain seperti
Aaron Lennon, Gareth Bale, Theo Walcott, Alex Oxlade-Chamberlain. Namun, untuk
tiga nama terakhir, "Negeri Ratu Elisabeth" layak mengapresiasi
kinerja Southampton, klub yang menjadikan promosi-degradasi sebagai rutinitas
setiap musimnya.
Bahkan, Arsenal, yang notabene dikenal sebagai
produsen pemain muda, turut menuai hasil dari kerja keras Saints Academy. Ya,
The Gunners memang kerap membajak talenta-talenta muda dari St Mary. Theo
Walcott dan Alex Oxlade-Chamberlain adalah contohnya.
"Akademi Southampton telah melakukan kerja
luar biasa. Hal itu terlihat dari kualitas pemanduan bakat, pelatihan dan pendidikan
mereka. Apa yang telah dilakukan Bale dan Walcott saat ini bisa menjadi
bukti," ungkap Wenger seperti dilansir Tribalfootball pada Desember
tahun lalu.
Para pemain muda memang kerap hijrah ke klub besar.
Namun, Chairman Nicola Cortese memendam ambisi tinggi pada masa mendatang. Dia
ingin timnya menyerupai Barcelona, yang pernah menampilkan "La Masia
XI". "Kita akan melihat suatu hari nanti, starting line-up Southampton
pada sebuah laga Premier League dihuni seluruhnya oleh para pemain lulusan akademi,"
tandasnya.
4. Everton
Akademi: Everton Youth Academy
Lulusan: Wayne Rooney, Joey Barton, Phil Jagielka, Jack Rodwell, Leon Osman
Akademi: Everton Youth Academy
Lulusan: Wayne Rooney, Joey Barton, Phil Jagielka, Jack Rodwell, Leon Osman
Motto "Nil satis nisi optimum "
(Yang bisa dibilang cukup bagus itu tak lain tak bukan adalah yang
terbaik) tampaknya benar-benar dipegang teguh oleh Everton. Bagi rival sekota
Liverpool ini, hal terbaik mungkin bukanlah prestasi, tapi cukup dengan
melahirkan pebola-pebola hebat.
Lewat sejumlah kurikulum pendidikan di Finch Farm,
juga kerap disebut The School of Science, Wayne Rooney telah mengundang atensi
publik Inggris pada usia muda. Betapa tidak, gol debut seorang Rooney lahir ke
gawang Arsenal, tim yang juara bertahan Premier League, pada 2003 lalu.
Everton tak hanya memiliki Rooney. Mereka juga
sempat menggondol trofi Premier League U-18 lewat sumbangsih para didikan
akademi seperti Jake Bidwell, Eric Dier dan Anton Forrester. Kontribusi Everton
untuk tim nasional junior pun tak kalah besar. Dua didikan akademi, Luke
Garbutt dan Ross Barkley menghuni posisi reguler di tim nasional U-17 Inggris
yang menjuarai Piala Eropa 2010 di Liechtenstein.
Para alumnus akademi memang belum sempat menyumbang
trofi pada karier profesionalnya. Namun, penjualan mereka turut mendongkrak
pundi-pundi keuangan klub. Hanya dengan melego dua pemain, yakni Jack Rodwell
dan Wayne Rooney, The Toffess meraup 37,6 juta euro. Lebih hebat lagi, kedua
pemain baru menginjak usia kisaran 20 (Rooney, 19 tahun dan Rodwell, 20 tahun)
saat angkat kaki dari Goodison Park.
5. Crewe Alexandra
Akademi: Everton Youth Academy
Lulusan: Danny Murphy, Dean Ashton, Robbie Savage, David Platt, Nick Powell
Akademi: Everton Youth Academy
Lulusan: Danny Murphy, Dean Ashton, Robbie Savage, David Platt, Nick Powell
Kiprah Nick Powell, pemain muda yang diboyong
Manchester United pada musim panas 2012, bisa jadi bukti kualitas pembinaan
usia muda Crewe Alexandra. Tanpa tuah seorang Powell, Crewe mungkin masih
berkutat pada ajang League Two musim ini.
Pada partai play-off musim lalu, Crewe
harus bersua dengan Cheltenham Town. Menilik peta klasemen League Two musim
lalu, Cheltenham yang bertengger satu strip di atas Crewe jelas diunggulkan.
Namun, prediksi buyar lantaran aksi Powell yang kala itu belum genap 17 tahun.
Golnya pada menit ke-15 membuat suporter Crewe membahana di Stadion Wembley.
Catatan ini pula yang membawa Powell hijrah ke Old
Trafford. Nilai transfernya, yakni 6 juta pounds, tergolong tinggi untuk pemain
belia. Pemasukan dengan nilai tersebut pun jelas menjadi tambahan besar untuk
finansial klub medioker seperti Crewe.
Selain Powell, Crewe pun kerap melahirkan beberapa
pemain tenar yang berkiprah di Premier League. Bintang sekaliber David Platt,
Danny Murphy dan Dean Ashton turut bersinar setelah menjalani pendidikan di
klub yang bermarkas di Alexandra Stadium ini.
No comments:
Post a Comment