Sulit dipungkiri, Holocaust
merupakan luka sejarah bagi kaum Yahudi. Latarnya adalah Perang Dunia II.
Jerman dibawah komando Adolf Hitler melancarkan genosida yang merenggut enam
juta jiwa penganut Yahudi. Keganasan Hitler menular pada kompatriotnya sesama
Nazi, Benito Mussolini. Sang diktator turut membumihanguskan sekitar 8.000
orang Yahudi di Italia.
Tragedi ini memiliki
kedekatan psikologis dengan pebola kulit hitam berkebangsaan Italia, Mario
Balotelli. Jati dirinya mulai terungkap pada pagelaran Euro 2012 lalu.Saat
tiba di Polandia, rombongan tim nasional Italia sempat menyambangi salah satu daerah
operasi genosida di Auschwitz. Balotelli menjadi sosok paling emosional
ketimbang para penggawa Gli Azzurri lainnya Berdasar laporan Radio Netherlands Worldwide, Balotelli menceritakan kisah sebuah kotak surat, yang selalu disimpan ibu angkatnya, Silvia di bawah tempat tidur. Disinyalir, kumpulan dokumen itu erat kaitannya dengan masa lalu Silvia pada masa Holocaust. Dari surat-surat itu pula, Balotelli menyadari bahwa Silvia merupakan salah satu orang Yahudi yang selamat dari Holocaust.
Ragam reaksi mengiringi
pengakuan Balotelli. Sebuah media Israel, Yedioth Acharonoth, menyematkan
kalimat "Salah satu dari kami". Beda hal, nada sinis dilantunkan oleh
La Gazzetta dello Sport. Media
ternama Italia tersebut memuat sebuah karikatur tentang Balotelli. Dia
digambarkan laiknya seekor kera raksasa yang memanjat Empire State Building.
Kala Berlusconi Menjilat “Apel Busuk”
27 Januari 2013, acara terbesar
dalam memori dari orang-orang Yahudi tengah dihelat di Kota Roma, Italia. Ya,
hari itu memang bertepatan dengan Holocaust
Remembrance Day, momentum yang turut melahirkan berbagai antipati untuk Silvio
Berlusconi. Bukan karena tertangkap kamera sedang mengantuk, tapi lantaran
pidato kontroversialnya tentang fasisme Mussolini.
Dia memandang langkah
kontroversial Mussolini dalam tragedi Holocaust sebagai putusan lumrah. "Sangat sulit
memahami posisi orang yang mengambil keputusan pada masa itu. Karena khawatir
Jerman meraih kemenangan mutlak, pemerintah kala itu lebih memilih untuk
bersekutu dengan Hitler ketimbang melawannya. Sebagai bagian persekekutuan, berperang
dan melenyapkan Yahudi ada di dalamnya,” tutur Berlusconi seperti dilansir Sky News..
Ironis, dua hari berselang, AC Milan justru melansir
kesepakatan terkait transfer Balotelli. Padahal, Berlusconi sempat
mendiskreditkan pribadi seorang Balotelli. Frasa “apel busuk” yang dapat
meracuni seluruh skuad I Rossoneri disematkan raja media berusia 76 tahun ini
pada Balotelli.
Entah apa motif Berlusconi kala memboyong
pemain yang memiliki garis keturunan bertentangan dengan haluan politiknya.
Namun, muslihat transfer patut diacungi jempol. Setelah Mino Raiola coba
mendongkrak harga pasar kliennya dengan embel-embel Monalisa, Berlusconi coba
mengurung Balotelli dalam citra negatif. Berkali-kali, deputinya, Adriano
Galliani menegaskan perburuan Balotelli sebagai “mission impossible”.
Tujuannya jelas agar nilai pasar Balotelli
menunjukkan grafik menurun. Banderol awal yang ditetapkan Manchester City,
yakni 37 juta euro memang di luar jangkauan finansial manajemen Milan. Benar
saja, “Monalisa” yang sempat menghilang pulang ke Italia. AC Milan pun
beruntung lantaran diskon 43 persen yang diberikan manajemen Man. City.
Lalu, Apakah Silvio
Berlusconi sadar akan masa lalu Balotelli yang sensitif terhadap topik fasisme?
Bila memiliki wawasan sejarah mencukupi, telinga Balotelli mungkin memerah kala
mendengar pidato sang patron. Jika kepalanya kembali terngiang kotak surat
milik Silvia, Balotelli mungkin menampik balutan seragam klub idolanya.
Apa lacur, jersey kebanggaan
I Rossoneri telah mengkontaminasi dirinya. Tepat pada hari penutupan jendela
transfer, “Super Mario” membentangkan kostum bernomor 45 berwarna merah-hitam. Kontroversi
luput pada hari-hari perdananya di Milanello. Dia juga bertuah pada debutnya
kontra Udinese. Sebuah tendangan first
time dan eksekusi penalti nan dingin ala “Super Mario” melahirkan gol-gol
kemenangan armada Massimiliano Allegri.
Kini, Berlusconi sudah sepantasnya berterima
kasih pada Balotelli. Pamornya jelas terdongkrak jelang pemilihan umum
keenamnya dalam dua dasawarsa terakhir. Sebuah “apel busuk” adopsi perempuan Yahudi
bak komoditas untuknya. AC Milan, salah satu dari trinitas politiknya, kembali
pulih dan menempel posisi empat besar Serie-A. Bahkan, berdasar analisis seorang
kolumnis Italia yang dirangkum oleh The
Economist, mahar 21 juta euro yang tersemat pada diri Balotelli setara
dengan 400.000 suara untuk Berlusconi. (Anju)
Ini kebiasaan orang indonesia yang suka mencampurkan urusan politik dengan sepakbola, tidak akan pernah maju.
ReplyDelete