Saturday, June 19, 2010

Balas Dendam Putra Serbia

Hitler memang menjadi salah satu faktor perpecahan yang ada di Yugoslavia. Pada kurun waktu 1941-1945, Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul terpaksa menandatangani kerja sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Perwira Serbia yang anti-Jerman pun berontak. Hitler yang murka terhadap perbuatan putra Serbia itu menyerang Yugoslavia. Negara Balkan terjungkal dengan mudah karena etnis non Serbia banyak bergabung dengan pasukan lawan. Pasukan NAZI dibawah komando Adolf Hitler mendapat dukungan dari Kroasia dan Bosnia, daerah konflik laten sepeninggal Kerajaan Ottoman.

Perpecahan yang ada di Yugoslavia tak lain adalah andil pria yang dijuluki Fuehrer ini. Pria yang tak sempat menginjakkan kaki di bumi Inggris ini memecah Kroasia, Bosnia, dan Hercegovina untuk dileburkan dalam negara boneka Kroasia. Wilayah Kosovo, Montenegro Selatan dan Makedonia Barat dileburkan dalam Negara Albania Raya.
Melalui dua kekuatan gerilya utama, yaitu kaum Chetnik yang didominasi orang Serbia pendukung raja dan kaum Partisan pimpinan Tito yang komunis, penduduk Yugoslavia melakukan perlawanan. Sialnya, pertempuran berdarah bukan hanya terjadi melawan pasukan pendudukan Poros, tapi juga saling bantai antar etnis. Kaum nasionalis ekstrim Kroasia dengan kaum Muslim Bosnia melakukan sapu bersih terhadap orang-orang Serbia, Yahudi, dan Jipsi.
Antara tahun 1941-45, kaum Ustasa-Muslim telah membantai 750.000 orang Serbia. Hal serupa terjadi di Negara Albania Raya. Demi penyatuan Kosovo dengan negara Albania Raya, kaum militan Albania mengusir dan membunuh puluhan ribu darah Serbia dan Slavia Ortodoks, terutama di Kosovo dan Makedonia Barat. Bahkan, budaya Serbia di Kosovo juga dihancurkan guna menghapuskan jejak orang Serbia. Para pendatang Albania dari menggantikan posisi para Serbian. Peristiwa tersebut meninggalkan trauma mendalam terhadap warga Serbia. Semua penyebab trauma warga Serbia tidak bisa dilimpahkan seluruhnya kepada kaum nasionalis Kroasia dan Muslim Bosnia. Hitler dan pasukan NAZI-nya adalah pencetus konflik ini.
Tujuh dekade berselang, putra-putra Yugoslavia yang tersisih memiliki sebuah kesempatan “balas dendam” pada negara asal Hitler, Jerman. Bukan sebuah perang terbuka, Jerman dan Serbia hanya bertemu dalam sebuah pertandingan sepak bola saat Piala Dunia. Kondisi kontras ditunjukkan kedua tim. Tim Panser datang ke tepi danau North End bermodalkan kepercayaan diri tinggi. Di partai sebelumnya, pasukan Joachim Low menghujam gawang Tim Kangguru dengan empat gol, dua diantaranya diciptakan duo Oriundi asal Polandia. Berbeda dengan Serbia, tim asuhan Radomir Antic ini baru saja menelan kekalahan tipis dari Ghana.
Kapten Serbia, Dejan Stankovic pun sangat terpukul atas kekalahan melawan Ghana. “Ini adalah sebuah awal yang sangat buruk bagi kami. Padahal dalam pertandingan itu kami mempunyai sejumlah peluang tapi kami tak bisa menuntaskannya. Sekarang kami harus bisa menunjukkan kalau kami akan bisa melewati situasi sulit ini”, ujar putera asli Serbia ini usai melawan Ghana.
Ucapan pemain yang mengikuti tiga Piala Dunia dengan tiga negara ini diamini rakan-rekan setimnya saat pertandingan. Tendangan melebar di atas mistar Ninos Ninkovic dan tendangan bebas Aleksander Kolarov yang menyamping tipis membuat detak jantung Manuel Neuer berdegup kencang.
Sebuah drama terjadi di menit 37. Aura perdamaian Serbia (sebagai eks Yugoslavia) dengan Polandia pasca penjajahan Austro-Hungaria terasa saat kartu merah Miroslav Klose. Pemain Jerman kelahiran Polandia menjadi faktor penentu laga di Nelson Mandela Bay Stadium ini. Jegalan keras terhadap Dejan Stankovic membuatnya diganjar kartu kuning kedua.
Keunggulan pemain langsung dimanfaatkan pasukan Balkan. Semenit berselang, Nicola Zigic memantulkan umpan silang Milos Krasnic dengan kepalanya. Tendangan keras Milan Jovanovic membuat papan skor berubah. GOAL…1-0 untuk Serbia
Pada menit 60, Alberto Undiano Mallenco menunjuk titik putih setelah handsball Nemanja Vidic di kotak terlarang. Oriundi kelahiran Polandia lainnya dipercaya mengeksekusi tendangan 12 pas. Namun bola hasil tendangannya berhasil ditahan Stojkovic. Aksi kiper Wigan yang hanya bermain 16 laga dalam tiga musim ini memupus keraguan terhadapnya sebelum turnamen.
Hingga peluit akhir ditiupkan, skor tidak berubah. Kemenangan buat putra-putra yang tersisih di Kosovo. “Tim ini merepresentasikan mereka karena tim ini sangat berenergi. Tim ini siap bertanding dan sebagian yakin, tim ini arogan. Jadi kemenangan ini didedikasikan buat rakyat Serbia," ujar Radomir Antic yang mendedikasikan kemenangan buat rakyat Serbia
Rakyat Serbia pun perlu mengucapkan terima kasih terhadap musuh mereka saat penjajahan Austro-Hungaria, yaitu Polandia. Duo Oriundi Jerman kelahiran Polandia turut menentukan hasil pertandingan. Kartu merah Klose dan kegagalan penalti Podolski membantu kemenangan Serbia.

No comments:

Post a Comment