Tuesday, December 28, 2010
Thursday, July 1, 2010
Tidak Ada Tempat untuk Kesempurnaan
Modernisasi sepak bola telah membuat menggeser orientasi dari pelaku sepak bola itu sendiri. Identifikasi politik, ekonomi, sosial, budaya, bahkan agama telah melahirkan sebuah tuntutan, yaitu kesempurnaan. Nila setitik pun tak dapat ditolerir.
Saturday, June 26, 2010
Buruk itu Relatif, Mutlak itu Sepak Bola
Sepak bola layaknya dua sisi uang logam. Negara miskin seperti Argentina dan Brasil mungkin harus berterima kasih pada sepak bola. Tanpa gol tangan tuhan Maradona, tendangan geledek Batistuta, atau kelihaian Lionel Messi menggiring bola, Argentina bukanlah sebuah kekuatan yang layak mendapat perhatian dunia. Brasil tanpa sebutan juara Piala Dunia lima kali pun tidak lebih dari sebuah negara miskin dengan predikat buta huruf tertinggi di Timur Laut.
Namun, tak selamanya sepak bola menampilkan sisi baiknya.
Saturday, June 19, 2010
Balas Dendam Putra Serbia
Hitler memang menjadi salah satu faktor perpecahan yang ada di Yugoslavia. Pada kurun waktu 1941-1945, Wali Raja Yugoslavia, Pangeran Paul terpaksa menandatangani kerja sama dengan Poros Jerman-Italia-Jepang. Perwira Serbia yang anti-Jerman pun berontak. Hitler yang murka terhadap perbuatan putra Serbia itu menyerang Yugoslavia. Negara Balkan terjungkal dengan mudah karena etnis non Serbia banyak bergabung dengan pasukan lawan. Pasukan NAZI dibawah komando Adolf Hitler mendapat dukungan dari Kroasia dan Bosnia, daerah konflik laten sepeninggal Kerajaan Ottoman.
Wednesday, April 14, 2010
Sepak Bola Tergusur ke Jalan
Sebuah tembang berjudul “Mereka ada di jalan” yang dibawakan seorang penyanyi kawakan, Iwan Fals, menunjukkan realita dewasa ini. Pemandangan dalam lagu ini lazim kita lihat di perkotaan. Tanah lapang telah menjelma menjadi perumahan, pertokoan, bahkan gedung pencakar langit.
Jangan harap anda dapat melihat tanah merah dihiasi sepasang gawang bambu
Thursday, March 4, 2010
Sepakbola adalah Solusi
Pertanyaan yang selalu terngiang dalam pikiran saya, “Apakah yang bisa di banggakan dari Indonesia?” Sudah menjadi rahasia umum kalau kita memiliki kekayaan berlimpah. Sumber Daya Alam kita pun melimpah. Namun, tidak ada pengelolaan yang baik terhadap kekayaan alam kita. Bagaimana bisa harga BBM naik-turun (turunnya juga baru sekali) di negara yang punya banyak kilang minyak? Kenapa Indonesia biisa impor beras sedangkan sawah tersebar di negara ini? Kalo dipikir-pikir, bagaimana bisa kekayaan alam kita di konversi menjadi keutungan berlimpah apabila diberikan dengan mudah ke negara lain, seperti yang di Tembagapura sana. Kita kaya akan budaya?
Friday, January 8, 2010
Jurang Pemisah yang Fiktif
“Where there is love there is life”
~Mahatma Gandhi~
Mungkin kalimat inilah yang membuat saya masih bertahan akan keputusan hidup yang sedang saya jalani. Hampir lima tahun saya mencoba berdiri tegak dengan perseteruan antara dua hal yang sangat kompleks, yaitu cinta dan agama. Mungkin banyak orang yang tidak setuju dengan cara saya, termasuk orang-orang terdekat sekalipun mereka tidak pernah menyampaikannya secara eksplisit.
Subscribe to:
Posts (Atom)