Thursday, May 28, 2009

Opini : Sepakbola Inggris tidak Lebih Baik dari Italia

"Klub Italia harus lebih baik lagi baik dalam hal permainan dan fisik. Mereka harus memperbaiki lagi. Premier League lebih kompetitif dibanding Seri A, di mana banyak sekali gangguan terjadi."
Fabio Capello, Pelatih Timnas Inggris.

English Premier League disebut-sebut sebagai liga terbaik dunia saat ini. Italian Seri A yang menjulang di 1990-an kalah tenar oleh kompetisi tersebut.
Bukti nyatanya adalah tersingkirnya tiga wakil Seri A oleh tiga wakil Premier League di fase pertama knock out Liga Champions musim ini. Alhasil, kemerosotan prestasi tim Italia dan peningkatan prestasi tim Inggris dalam dua tahun terakhir disimpulkan Liga Inggris lebih baik dari Liga Italia.

Namun, saya kurang sependapat dengan asumsi tersebut. Sebuah kualitas kompetisi memang dapat terefleksi dari prestasi wakil mereka di kompetisi tingkat kontinental. Tapi satu hal yang perlu diingat, kompetisi domestik juga dibangun oleh banyak aspek. Aspek yang saya soroti disini adalah nasionalisme. English Premier League yang menyandang nama sebuah negara, yaitu Inggris juga dibangun aspek nasionalisme. Sebuah kompetisi Premier League dapat menyandang nama English apabila memiliki nasionalisme terhadap Inggris.

Tim Inggris yang diwakilkan oleh Big Four (MU, Chelsea, Arsenal, Liverpool) memang berprestasi baik di Eropa. Akan tetapi, kompetisi tersebut tidak dibangun atas dominasi kerja keras orang Inggris. Seluruh pelatih Big Four (MU, Chelsea, Arsenal, Liverpool) tidak menyandang warga negara Inggris asli. Pemain yang bermain di keempat tim tersebut pun hanya diisi sebagian kecil orang Inggris. Manchester United hanya diwakilkan tiga orang Englishman (Rio Ferdinand, Carrick, dan Rooney). Sedangkan Chelsea dan Liverpool hanya diwakili dua orang (Gerrard, Carragher, Lampard dan Terry). Bahkan, Arsenal hanya memiliki satu pemain Inggris yang biasa masuk ke skuad utama, yaitu Walcott. Setidaknya tim-tim Italia, kecuali Inter (hanya Davide Santon yang merupakan orang Italia di tim inti), masih memiliki banyak pemain lokal yang menjadi pilihan utama di timnya.

Liga Inggris memang menjadi kompetisi yang memiliki arus uang paling besar. Kita tidak dapat memungkiri dunia sepakbola telah berubah menjadi industri komersil. Uang menjadi aspek penting dalam membangun sebuah tim, bahkan kompetisi domestik. Ironisnya, prestasi gemilang tim Inggris di Eropa justru tidak dibangun atas uang orang Inggris. Sejak masuknya investor asing seperti Glazer, Abramovich, Abu Dhabi, dan Thaksin lah tim Inggris mulai berprestasi dan di pandang tinggi oleh masyarakat. Setidaknya Italia masih memiliki kebanggan karena mereka mampu mandiri dengan investasi lokal sekalipun dilanda krisis.

Setiap negara memiliki ciri khas bermain. Itala punya canetaccio dan Inggris punya kick and rush. Menariknya, tidak semua kesuksesan Inggris diperoleh dengan gaya bermain kick and rush. Mereka justru sempat meminjam gaya bermain Italia dengan pertahanan grendelnya. Chelsea dan Manchester United pernah melakukannya kala melakoni Barcelona.

Apabila kita mencoba merajut keluar konteks kompetisi domestik, coba lihat prestasi tim nasional. Tim nasional Italia memiliki prestasi yang lebih baik dari timnas Inggris. Italia berhasil menjadi juara dunia pada perhelatan terakhir. Sekalipun Italia mengalami kemerosotan prestasi pada Piala Eropa, tim tersebut masih lebih baik dari Inggris yang tidak lolos kualifikasi Piala Eropa. Hal tersebut mungkin tidak disebabkan tidak adanya nasionalisme yang meliputi pemain saat membela timnas Inggris.

No comments:

Post a Comment