Monday, January 19, 2009

Sindrom Pasca Winter Break

Penampilan pemuncak klasemen sekaligus juara bertahan Serie A, Inter Milan, masih jauh dari memuaskan. Awal tahun 2009 diawali hasil imbang dengan Cagliari. Pada pertandingan itu Inter dibobol terlebih dahulu oleh pemain yang ironisnya masih menjadi milik Inter, Robert Acquafresca. Ironisnya, hasil imbang tersebut terjadi di kandang sendiri. Kekecewaan Jose Mourinho berlanjut dengan kekalahan memalukan oleh Atalanta. Inter tertinggal tiga gol terlebih dahulu sebelum gol Ibrahimovic menciptakan gol penghibur menjelang peluit panjang.Rentetan hasil memuaskan tersebut membuat pesaing Inter kian mendekat.
Bagi kebanyakan tim, winter break adalah waktu membenahi diri dan memperbaiki kekurangan di paruh pertama. Namun, penampilan Inter Milan pasca winter break tidak menunjukkan keperkasaannya pada paruh pertama. Justru Inter tampil tanpa daya juang dan cenderung over confidence. Penampilan Inter cenderung mudah ditebak oleh para lawan. Daya magis seorang Zlatan Ibahimovic pun tidak terlihat sepanjang paruh kedua musim ini. Sepertinya pelatih lawan sudah menebak gaya bermain Inter yang cenderung Ibra-sentris. Matikan Ibra maka Inter tak berkembang.
Sebenarnya hal demikian juga terjadi pada musim lalu. Penampilan impresif di paruh pertama dilanjutkan dengan penampilan meragukan di paruh kedua. Beruntung Inter masih bisa merengkuh scudetto ketiganya dalam tiga musim terakhir. Namun, hasil mengecewakan ini harus menjadi lampu kuning bagi Nerrazurri. Musim lalu rentetan penampilan meragukan Inter berpuncak dengan kegagalan di Liga Champions. The Anfield Gank, Liverpool, menodai ulang tahun Inter yang keseratus. Pada pertengahan Februari Inter akan menghadapi juara bertahan, Man.United, di ajang Liga Champions. Apakah sindrom pasca winter break akan berujung dengan gugurnya Inter di babak knock out Liga Champions?

No comments:

Post a Comment