Monday, November 19, 2012

Pelakon False Nine dari Masa ke Masa



Pada Euro 2012 lalu, publik terheran-heran kala skuad Spanyol kontra Italia dilansir. Tak satu pun tipikal penyerang murni diturunkan Vicente del Bosque. Padahal, daftar pemain La Furia Roja bercokol striker haus gol semisal Fernando Torres, Fernando Llorente dan Alvaro Negredo. 

Putusan sang entrenador berbuah manis. Duet bek tengah lawan kelimpungan lantaran aliran bola Xavi Hernandez cs kian sulit diterka. Spanyol melenggang ke final dan menaklukkan Italia. Kata "inovasi" lantas mencuat.

Sejatinya, Spanyol bukanlah tim pertama yang menggunakan formulasi false nine. Penyerang Austria medio 1930-an, Matthias Sindelar menjadi pelakon pertama. Formulasi false nine terus menunjukkan eksistensi hingga era sepak bola modern. (Anju/DuniaSoccer)

Sembilan Pelakon False nine

1. Matthias Sindelar

Pelatih Hugo Meisl memperkenalkan formasi 2-3-2-3 (W-W) bersama tim nasional Austria. Sang kapten, Matthias Sindelar yang melakoni tugas penyerang utama.

Pergerakan Sindelar sendiri cukup dinamis dan kerap turun ke lini tengah. Lantaran kreativitas dan kemampuannya menciptakan peluang, dia lantas dijuluki "The Mozart of Football". Pada penghujung karier internasional, catatan 27 gol dari 43 laga mewarnai curriculum vitae sang pemain. Cukup produktif.

2. Nandor Hidegkuti

Dengan formasi 4-2-4, Hungaria membungkam sang juara Olimpiade dengan rekor tak terkalahkan selama tiga tahun, Inggris di depan publik Wembley pada 25 November 1953. Jelang laga, sorotan tentu tertuju pada Ferenc Puskas, yang mengisi satu dari empat pos striker.

Hanya saja, sinar justru menaungi Nandor Hidegkuti. Posisi Hidegkuti sungguhlah unik. Dia menjadi pemain yang mengenakan nomor punggung sembilan, namun justru berdiri pada skema dua gelandang. Tak sekedar menyusun pola serangan, Hidegkuti kerap merengsek naik hingga ke kotak penalti. Tak heran, hat-trick ditorehkan pada laga ini.

3. Johan Cruyff

Kala membicarakan peran false nine, sosok Johan Cruyff sering terlupakan. Padahal, dalam formasi 1-3-3-3 ala Rinus Michels, Cruyff merepresentasikan formula tersebut. Dialah penerjemah dari filosofi Total Football di Ajax Amsterdam maupun tim nasional Belanda.

Dalam sistem lawas tersebut, Cruyff tak hanya berdiri sebagai penyerang utama. Pergerakannya kerap melebar atau bertukar dengan sang gelandang tengah, Johan Neeskens. Dengan menerka pergerakan Cruyff dan Neeskens, pemain Belanda lainnya pun saling mengisi ruang kosong seperti lazimnya strategi Total Football.

4. Dennis Bergkamp

Setelah Johan Cruyff, Belanda kembali melahirkan support striker nan jenius. Dialah Dennis Bergkamp. Gaya permainan penyerang berjuluk "The Non-Flying Dutchman" ini pun serupa dengan Cruyff.

Lantas, mengapa sebutan false nine layak disematkan pada Bergkamp? Laiknya pemain bernomor punggung 10, Bergkamp memang bertugas sebagai pelayan Thierry Henry. Namun, sejatinya tak ada tugas striker utama dalam skema Arsene Wenger. Henry lebih banyak memberi terapi kejut dari sisi sayap, sedangkan Bergkamp juga sering turun ke bawah untuk menjemput bola. Tugas pencetak gol dan pelayan pun dilakoni bersama.

5. Francesco Totti

Luciano Spaletti merupakan salah satu sosok pelatih yang mengenalkan kembali formula false nine pada era sepak bola modern. Lantaran krisis striker pada 2006 lalu, dia menerapkan formasi 4-1-4-1 untuk AS Roma. Il Capitano, Francesco Totti berdiri seorang diri sebagai ujung tombak.

Intelegensia seorang Totti memudahkannya dalam membuka ruang dan menciptakan peluang. Tak sekedar melayani, Totti juga berhasil menunaikan tugasnya sebagai sumber gol I Giallorossi. Total, dia mencatat 26 gol pada akhir musim Serie-A.

6. Carlos Tevez

Formula false nine berujung trofi Liga Champions 2008 untuk Manchester United. Bukan Wayne Rooney bukan pula Cristiano Ronaldo, melainkan Carlos Tevez jadi pelakonnya.

Dengan semangat juang yang lebih ketara ketimbang Ronaldo dan Rooney, keberadaan Tevez sebagai striker utama pun lebih dominan sebagai pelayan. Alhasil, skenario tak lazim terjadi. Sumbangsih gol didominasi oleh salah satu pos winger, yang diisi Cristiano Ronaldo. Pada akhir musim, 42 gol dicatatkan Ronaldo.

7. Lionel Messi

Final Liga Champions 2009 mengawali kiprah Messi sebagai pelakon false nine. Kala itu, Pep Guardiola menugaskan Messi sebagai penyerang tengah, namun tak jarang menjemput bola ke lini tengah. Sedangkan sang goal getter utama, Samuel Eto'o justru diinstruksikan menyisir sisi kanan.

Terbukti jitu, kedua pemain berhasil menjebol gawang Manchester United yang dijaga Edwin van der Sar. Bahkan, gol Messi lahir melalui proses yang tak lazim untuk seorang false nine. Dia menyambut umpan lambung Xavi Hernandez dengan tandukan kepalanya.

8. Robin van Persie

Formula false nine mulai dicicipi van Persie saat membela Arsenal pada musim 2009-10. Manajer Arsene Wenger menerapkan skema 4-3-3 dengan pos striker utama yang diisi Nicklas Bendtner. Saat penurunan peforma ditunjukkan Bendtner, van Persie pun mulai melakoni tugas sebagai false nine.

Dia tetap setia melakoni peran tersebut saat bergabung dengan Manchester United. Bahkan, duetnya bersama Wayne Rooney melahirkan formulasi unik. Van Persie menyebutnya pola 9 1/2. Secara bergantian, van Persie dan Rooney mengisi peran pemain bernomor punggung 9 dan 10.

Memang sulit menerka posisi Robin van Persie sesungguhnya. Tak hanya mencetak gol, kemampuannya dalam melepaskan umpan silang, menggiring bola dan membuka ruang dengan intelegensia sungguh menakjubkan. Penulis buku "Inverting the Pyramid", Jonathan Wilson pun melabeli van Persie sebagai "the falsest nine in football".

9. Luis Suarez

Kondisi minim striker yang dialami Liverpool justru jadi keuntungan untuk Luis Suarez. Setelah kepergian Andy Carroll, pos striker tunggal pun beralih ke pemain asal Uruguay ini.

Tugas membuka ruang dilakoni Suarez. Terlebih, The Reds memiliki para gelandang dengan kecepatan tinggi seperti Raheem Sterling. Akan tetapi, catatan gol Suarez juga cukup impresif. Dia menjadi top skorer sementara Premier League dengan catatan 10 gol.


No comments:

Post a Comment