Monday, February 4, 2013

Holocaust, Jurang Pemisah Balotelli dan Berlusconi



Sulit dipungkiri, Holocaust merupakan luka sejarah bagi kaum Yahudi. Latarnya adalah Perang Dunia II. Jerman dibawah komando Adolf Hitler melancarkan genosida yang merenggut enam juta jiwa penganut Yahudi. Keganasan Hitler menular pada kompatriotnya sesama Nazi, Benito Mussolini. Sang diktator turut membumihanguskan sekitar 8.000 orang Yahudi di Italia. 


Tragedi ini memiliki kedekatan psikologis dengan pebola kulit hitam berkebangsaan Italia, Mario Balotelli. Jati dirinya mulai terungkap pada pagelaran Euro 2012 lalu.Saat tiba di Polandia, rombongan tim nasional Italia sempat menyambangi salah satu daerah operasi genosida di Auschwitz. Balotelli menjadi sosok paling emosional ketimbang para penggawa Gli Azzurri lainnya

Berdasar laporan Radio Netherlands Worldwide, Balotelli  menceritakan kisah sebuah kotak surat, yang selalu disimpan ibu angkatnya, Silvia di bawah tempat tidur. Disinyalir, kumpulan dokumen itu erat kaitannya dengan masa lalu Silvia pada masa Holocaust. Dari surat-surat itu pula, Balotelli menyadari bahwa Silvia merupakan salah satu orang Yahudi yang selamat dari Holocaust.

Ragam reaksi mengiringi pengakuan Balotelli. Sebuah media Israel, Yedioth Acharonoth, menyematkan kalimat "Salah satu dari kami". Beda hal, nada sinis dilantunkan oleh La Gazzetta dello Sport. Media ternama Italia tersebut memuat sebuah karikatur tentang Balotelli. Dia digambarkan laiknya seekor kera raksasa yang memanjat Empire State Building.



Kala Berlusconi Menjilat “Apel Busuk”

27 Januari 2013, acara terbesar dalam memori dari orang-orang Yahudi tengah dihelat di Kota Roma, Italia. Ya, hari itu memang bertepatan dengan Holocaust Remembrance Day, momentum yang turut melahirkan berbagai antipati untuk Silvio Berlusconi. Bukan karena tertangkap kamera sedang mengantuk, tapi lantaran pidato kontroversialnya tentang fasisme Mussolini.

Dia memandang langkah kontroversial Mussolini dalam tragedi Holocaust sebagai putusan lumrah. "Sangat sulit memahami posisi orang yang mengambil keputusan pada masa itu. Karena khawatir Jerman meraih kemenangan mutlak, pemerintah kala itu lebih memilih untuk bersekutu dengan Hitler ketimbang melawannya. Sebagai bagian persekekutuan, berperang dan melenyapkan Yahudi ada di dalamnya,” tutur Berlusconi seperti dilansir Sky News..

Ironis, dua hari berselang, AC Milan justru melansir kesepakatan terkait transfer Balotelli. Padahal, Berlusconi sempat mendiskreditkan pribadi seorang Balotelli. Frasa “apel busuk” yang dapat meracuni seluruh skuad I Rossoneri disematkan raja media berusia 76 tahun ini pada Balotelli.

Entah apa motif Berlusconi kala memboyong pemain yang memiliki garis keturunan bertentangan dengan haluan politiknya. Namun, muslihat transfer patut diacungi jempol. Setelah Mino Raiola coba mendongkrak harga pasar kliennya dengan embel-embel Monalisa, Berlusconi coba mengurung Balotelli dalam citra negatif. Berkali-kali, deputinya, Adriano Galliani menegaskan perburuan Balotelli sebagai “mission impossible”.

Tujuannya jelas agar nilai pasar Balotelli menunjukkan grafik menurun. Banderol awal yang ditetapkan Manchester City, yakni 37 juta euro memang di luar jangkauan finansial manajemen Milan. Benar saja, “Monalisa” yang sempat menghilang pulang ke Italia. AC Milan pun beruntung lantaran diskon 43 persen yang diberikan manajemen Man. City.

Lalu, Apakah Silvio Berlusconi sadar akan masa lalu Balotelli yang sensitif terhadap topik fasisme? Bila memiliki wawasan sejarah mencukupi, telinga Balotelli mungkin memerah kala mendengar pidato sang patron. Jika kepalanya kembali terngiang kotak surat milik Silvia, Balotelli mungkin menampik balutan seragam klub idolanya.



Apa lacur, jersey kebanggaan I Rossoneri telah mengkontaminasi dirinya. Tepat pada hari penutupan jendela transfer, “Super Mario” membentangkan kostum bernomor 45 berwarna merah-hitam. Kontroversi luput pada hari-hari perdananya di Milanello. Dia juga bertuah pada debutnya kontra Udinese. Sebuah tendangan first time dan eksekusi penalti nan dingin ala “Super Mario” melahirkan gol-gol kemenangan armada Massimiliano Allegri.

Kini, Berlusconi sudah sepantasnya berterima kasih pada Balotelli. Pamornya jelas terdongkrak jelang pemilihan umum keenamnya dalam dua dasawarsa terakhir. Sebuah “apel busuk” adopsi perempuan Yahudi bak komoditas untuknya. AC Milan, salah satu dari trinitas politiknya, kembali pulih dan menempel posisi empat besar Serie-A. Bahkan, berdasar analisis seorang kolumnis Italia yang dirangkum oleh The Economist, mahar 21 juta euro yang tersemat pada diri Balotelli setara dengan 400.000 suara untuk Berlusconi. (Anju)

1 comment:

  1. Ini kebiasaan orang indonesia yang suka mencampurkan urusan politik dengan sepakbola, tidak akan pernah maju.

    ReplyDelete